Senin, 09 November 2015

ILMU ALAMIAH DASAR-SEMESTER 3A (2015/2016)



TUGAS KELOMPOK-1
 
PERKEMBANGAN PENALARAN MANUSIA,
METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA


Nama Kelompok
                                 1. Sri Hastuti                             14052001
                                 2. Ester Silalahi                         15052054
                                 3. Nursila Hidayati                   14052020
                                 4. Risna                                     14052016







UNIVERSITAS ASAHAN
2015














KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kelompok-1 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Penalaran Manusia, Metode Ilmiah dan Implementasinya” dengan baik.
Makalah merupakan karya tulis ilmiah karena disusun berdasarkan kaidah kaidah ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi \yang menggunakan teknik pengumpulan data, menggunakan metodologi penelitian yang relevan dan terarah pada pokok permasalahan yang berkaitan dengan bidang studi mahasiswa. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Untuk itu, makalah ini disusun dengan memakai bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami.
            Dan pada kesempatan ini juga kelompok-1 mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, Ibuk Rumondang,S.Pi,M.S yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan petunjuk hingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Sebagai sebuah makalah, tidak lepas dari kekurangan,oleh karena itu kelompok-1 sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang berkepentingan, guna penyempurnaan makalah ini. Selanjutnya terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini sehingga dapat diselesaikan. Semoga makalah ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.


                                                                             Kisaran, 28 Oktober 2015


                                                                              Kelompok-1


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umumnya pengetahuan seseorang tentang sesuatu dimulai dari adanya rangsangan dari suatu objek, rangsangan itu menimbulkan rasa ingin tahu yang mendorong seseorang untuk melihat, menyaksikan, mengamati, mengalami dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam, juga berusaha untuk memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi, serta berusaha untuk memahami masalah itu sendiri, ini semua menyebabkan manusia mendapatkan pengetahuan yang baik.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambahnya dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya, setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimentasi ini, maka lahirlah ilmu pengetahuan yang mantap atau bagus.
Jadi, perkembangan alam pikiran manusia sampai dengan kelahiran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu yang mantap, melalui 4 (empat) tahap yaitu tahap mitos, tahap penalaran deduktif (rasionalisme) atau tahap pemikiran rasional, tahap penalaran induktif (empirisme) atau tahap pemikiran empiris, dan akhirnya sampai ke tahap pengkristalan konsep metode ilmiah.

B. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari perkembangan manusia
2.      Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan penalaran manusia
3.      Untuk mengetahui metode ilmiah dan implementasinya

C. Manfaat
1.      Membantu mahasiswa dalam memiliki cara pandang tentang IPA dan teknologi.
2.      Membentuk kepribadian, sehingga cepat tanggap dan peka serta bertanggung jawab terhadap permasalahan perkembangan IPA dan teknologi yang timbul di masyarakat.
 






DAFTAR ISI



Isi                                                                                                                  Hal
KATA PENGANTAR                                                                                   i
PENDAHULUAN                                                                                         ii
DAFTAR ISI                                                                                                  iii
BAB I
Perkembangan Manuisa, Penalaran Manusia,
Metode Ilmiah dan Implementasinya                                                             1
A. Perkembangan Penalaran Manusia                                                 1
1. Sifat Unik Manusia                                                                               4
2. Sejarah Pengetahuan yang diperoleh Manusia                                      5
B. Metode Ilmiah dan Implementasinya                                                        7
1. Kriteria Metode Ilmiah                                                                         7
2. Langkah Metode Ilmiah                                                                       8
BAB II
Kosmologi dan Metafisika                                                                              11
BAB III
Metode Ilmiah                                                                                                            14
BAB IV
Kekurangan dan Kelebihan Metode Ilmiah                                                    16
BAB V
Kesimpulan                                                                                                     18
Daftar Pustaka                                                                                                            19 



BAB I
PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN PENALARAN MANUSIA,
METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA

A.    Perkembangan Penalaran Manusia
Nalar adalah pertimbangan tentang baik buruk, akal budi, atau aktivitas yang memaksa seseorang untuk berfikir logis, jangkauan pikir, kekuatan pikir. Sedangkan Penalaran adalah hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.
Menurut Auguost Comte (1798 – 1857) Perkembangan penalaran manusia terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:
  1. Tahap Teologi = tahap fiktif
      Anggapan bahwa setiap gejala alam dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa/dewi atau kekuatan gaib.
  1. Tahap Filsafat = fisik = abstrak
            Tidak percaya kekuatan gaib tetapi pada akalnya sendiri
  1. Tahap Positif = tahap ilmu = riil
            Merupakan tahap dimana manusia mampu berpikir secara positif atas dasar pengetahuan yang dikembangkan melalui pengamatan percobaan dan perbandingan.
Ilmu adalah sumber pengetahuan yang berfungsi memberi penjelasan terhadap suatu permasalahan yang dihadapi manusia. Merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui pengujian ilmiah dan didasarkan pada pengalaman.
Cara memperoleh Ilmu (Pengetahuan)
  1. Prasangka        : suatu anggapan yang benar
  2. Intuisi              : tidak didasarkan pada penalaran
  3. Wahyu             : dari Tuhan lewat Nabi
  4. Trial and error : coba-coba
  5. Ilmiah              : pembuktian dengan penalaran yang logis
Syarat Pengetahuan    :
-    obyektif
-          metodik
-          sistematik
-          berlaku umum : universal       
Ilmu alamiah diperoleh melalui penalaran:
  1. Penalaran deduktif = Rasionalisme
- bertolak dari umum -------------- khusus
- kesimpulan dengan pola pikir = Silogisme
      Premis mayor : umum
      Premis minor : khusus
      Kesimpulan:
      Contoh:     Semua manusia akam mati
                        Farhan adalah manusia
                        Farhan akan mati
- bersifat abstrak, tidak didasarkan pada pengalaman
- diperoleh bermacam-macam pengetahuan yang dapat diterima oleh semua pihak
- kesulitan untuk diterapkan konsep rasional dalam kehidupan praktis
  1. Penalaran induktif = empirisme
-    berdasarkan pengalaman konkrit
-    bertolak dari khusus --------------- umum
-    dapat diamati dengan panca indera
-    belum tentu bersifat konsisten atau malah kontradiktif
-    belum menjamin tersusunnya pengetahuan yang sistematis
-    melalui pengujian  (eksperimen)
  1. Pendekatan Ilmiah
-          dengan metode ilmiah
-          gabungan antara deduksi dan induksi
-          susunan syarat pengetahuan
Ilmu Alamiah diperoleh melalui 4 tahap, yaitu tahap mitos, tahap penalaran, tahap pengalaman eksperimen dan tahap ilmiah atau metode keilmuan
Text Box: Konsep/TeoriSiklus Pengembangan Ilmu:











Text Box: Deduksi








 












Kebenaran yang diperoleh adalah kebenaran relatif bukan kebenaran mutlak.


1.    Sifat unik manusia
-          Homo sapiens (cerdas dan bijaksana)
-          Homo faber (manusia kerja dengan alat)
-          Homo longuens (dapat berbicara)
-          Homo socius (dapat hidup bermasyarakat)
-          Homo Aecomomicus ( atas dasar pertimbangan ekonomi dalam berusaha)
-          Homo religius ( manusia beragama; Tuhan YME) Manusia berencana dan berusaha hasil akhir diserahkan pada Tuhan YME sebagai takdir. Manusia menyadarti adanya kegaib yang memiliki kemampuan lebih hebat dari yang memiliki kemampuan lebih hebat dari manusia. Isi alam semesta tunduk pada hukum alam (deterministis). Makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis)
Dari tahap awal lahir animisme à dinamisme à totemisme (agama alami) à  agama samawi (sbg pedoman hidup)
Perbedaan manusia dan hewan
Manusia           : - memiliki curiosity yang tidak idle.
                          - rasa ingin tahu selalu berkembangan
                                      - memiliki akal budi dan kemauan yang sangat kuat dalam      mengembangkan IPTEK.
Hewan             : - idle heriosity = insting
Perkembangan alam pikiran manusia :
    • sejak lahir __________ akhir hayat
    • sejak jaman purba ___________ dewasa ini




2.  Sejarah Pengetahuan yang diperoleh Manusia
a.  Rasa Ingin Tahu
Ilmu Pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu (curiousity). Perasaan ini merupakan salah satu ciri khas manusia. Rasa ingin tahu berkembang, baik tentang dirinya sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.
b.    Mitos dan Pembaharuan
Menurut Auguste Comte (1798-1857) bahwa dalam sejarah perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu tahap teologi (tahap metafiika), tahap filsafat, dan tahap positif (tahap ilmu).
Fungsinya untuk menjawab rasa ingin tahu manusia; untuk memenuhi kebutuhan alam pikiran dengan membuat khayalan, imajinasi atau intuisi
Alasan adanya mitos:
-          keterbatasan dalam hal pengetahuan dan penalaran manusia
-          keterbatasan kemampuan alat indera
-       Agar mendapatkan kepuasan sementara dengan kebenaran irasional (pseudo science)
Mitos adalah hasil rekaan manusia yang berupa daya khayal/imajinasi, yang  dipercaya dan dipergunakan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat oleh sekelompok orang.
Jenis Mitos:
-          Mitos sebenarnya
Imajinasi manusia untuk menerangkan gejala alam yang ada dengan mengaitkan pada dewa/dewi atau kekuatan gaib.


-          Cerita rakyat
Usaha manusia mengisahkan peristiwa penting  yang menyangkut kehidupan dalam masyarakat menanamkan ajaran moral tentang kebaikan dan kejahatan yang dikaitkan dengan tokoh cerita.
-          Legenda
Cerita yang didasarkan padamitos adanya seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Tokoh Pembaharu :
1.                  Thales (624-546 SM)
2.                  Anaximander (610-546 SM)
3.                  Anaximinus (560-520 SM)
4.                  Herakleitos (560-470 SM)
5.                  Pythagoras (500 SM)
6.                  Emplidokes (480-430 SM)
7.                  Plato (423-347 SM)
8.                  Aristoteles (348-322 SM)
9.                  Ptolomens (127-151 M)
10.              Avicenna (Ibn. Shina) abad 11 M
11.              Aviroes (Ibn. Rushd) bad 11 M
12.              Antonie Laurent Lavoisier (1743-1793)
13.              Nicoleus Copernicus
14.              Galileo Galilei
15.              Antony Leuvanhock
16.              Nielh Bohr
17.              Dalton
18.              Newton
19.              Einstein, dsb




B.  Metode Ilmiah dan Implementasinya
Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah materi pengetahuan tersebut harus diperoleh melalui metode ilmiah. Metode ilmiah ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui segala sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis, bersifat objektif dan konsisten. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Sejak abad ke-16 para ilmuwan menggunakannya dalam mempelajari alam semesta ini.
Pendekatan yang digunakan kadang-kadang bersifat induktif maupun deduktif. Mari kita ingat lagi, bahwa pendekatan induktif adalah mengambil suatu kesimpulan umum berdasarkan sekumpulan pengetahuan. Pendekatan deduktif berdasarkan hal-hal yang sudah dianggap benar, diambil kesimpulannya dengan menggunakan hal-hal yang dianggap benar itu.
Sejak digunakan, metode ilmiah dalam penelitian ilmiah, dimulailah IPA modern yang kemudian berkembang sangat pesat. Perintis-perintis IPA modern adalah Galileo Galilei (1564-1642), Isac Newton (1942-1727), dan Robert Boyle (1626-1691). Sedangkan yang khusus di bidang ilmu kimia adalah Antonie Laurent Lavoisier (1743-1793).
1.      Kriteria Metode Ilmiah
Jika suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria, antara lain:
-          Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
-          Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jaun dari pertimbangan subjektif. Penggunaan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap serta dengan pembuktian yang objektif.
-          Menggunakan Prinsip-prinsip Analisis
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, haru digunakan prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab-sebabnya serta pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanaya dibuat deskripsinya saja, tetapi harus dicari sebab akibatnya dengan menggunakan analisis yang tajam.
-          Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisis. Hipotesis harus ada untuk mengumpulkan persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga hasilnya akan mengenai sasaran. Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
-          Menggunakan Ukuran  Objektif
Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dengan menggunakan pikiran yang waras.
-          Menggunakan Teknik Kuantitatif
Dalam metode ilmiah lazim digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan.
2.      Langkah Metode Ilmiah
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah yang disebut langkah-langkah perasional metode ilmiah, yakni:


-          Perumusan Masalah
Perumusan masalah di sini adalah pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa ataupun bagaimana obyek yang hendak diteliti itu. Masalah itu harus jelas batasan-batasannya serta dikenal juga faktor-faktor yang mempengaruhinya.
-          Penyusunan Kerangka Berpikir dalam Pengajuan Hipotesis
Kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang salin berkaitan dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
-          Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah:
o   suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan;
o   suatu dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada;
o   suatu jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu observasi atau eksperimentasi.
-          Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop maupun melalui uji coba. Kemudian fakta-fakta tadi dikumpulkan melalui penginderaan.
-          Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu diterima bila data yang terkumpul mendukung pernyataan hipotesis. Bila data tidak mendukung, maka hipotesis tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima, merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Keseluruhan langkah tersebut, harus ditempuh melalui urutan yang teratur. Oleh karena, langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Dari keterangan-keterangan itu, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis, berlaku umum dan kebenarannya telah teruji secara empiris.


















BAB II
KOSMOLOGI DAN METAFISIKA
1.      Pengertian Kosmologi
Kosmologi adalah  pengetahuan yang meneliti asal usul, struktur, hubungan ruang–waktu dalam alam semesta. Ilmu tentang asal mula dunia, hubungannya dengan tata surya dan alam semesta. Dalam metafisika menyelidiki alam semesta sebagai sistim yang beraturan (Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:736).
Kosmos dalam bahasa Yunani berarti dunia jagat raya, logos berarti ilmu tentang. Pandangan bahwa semesta alam sebagai keseluruhan yang teratur. Dalam teologi Katolik timur dihubungkan dengan keindahan penciptaan, bertentangan dengan buruknya chaos. (O‘Collins, Gerald SJ. et al. 1996:166).
Kosmologi mempelajari alam semesta sebagai suatu sistim yang rasional dan teratur. seringkali merujuk pada bidang ilmu astronomi, berupaya membangun hipotesa mengenai asal, struktur, ciri khas, perkembangan alam phisik berdasarkan pengamatan dan metodologi ilmiah. Ilmu yang memandang keseluruhan alam semesta sebagai totalitas integral.
Secara tradisional, kosmologi sering dianggap bagian dari metafisika. Ide-ide awal pada masyarakat purba sebagai upaya manusia menjelaskan tempatnya dalam alam semesta. Data observasi yang terkumpul menghasilkan konsep geosentris tentang alam semesta. Mereka memperkirakan dibalik gerakan benda-benda angkasa yang terlihat kacau, pasti memiliki pola teratur tertentu. Dengan pemikiran bahwa manusia dan bumi yang dipijaknya sebagai pusat alam; disimpulkan pada konsep geosentris. Konsep ini kemudian hari dalam perkembangan ilmu pengetahuan barat digantikan dengan konsep heliosentris.      ( Bagus, Lorens. 2005).
Pemikiran mengenai proses terbentuknya alam tercakup dalam agama, kepercayaan dan budaya tradisional kuno. Berwujud dalam mitologi masyarakat jelata, disisi lain hal ini mendorong pengamatan/observasi dalam ilmu astronomi. Penelitian struktur semesta alam (astronomi) sangat erat berhubungan dengan sejarah perenungan masyarakat kuno tentang kisah asal muasal terjadinya semesta alam (cosmogony).

2.      Pengertian Metafisika
Metafisika merupakan padanan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yakni : μετά (meta) = "setelah atau di balik", dan φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam"). Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia.
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan; kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". Beberapa Tafsiran Metafisika Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat di alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.
Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata.
Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada.









BAB III
METODE ILMIAH

1.      Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu,yang merupakan gabungan antara penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder :
Dimulai ketika manusia mengamati sesuatu kemudian memunculkan pertanyaan mengapa manusia mulai mengamati sejak manusia mempunyai perhatian tertentu terhadap objek.
ü  Perhatian muncul karena suatu masalah
ü  Ada kesukaran yang dirasakan dalam pengalaman manusia yang menimbulkan pertanyaan
Jika menghadapi masalah, maka manusia akan berusaha memecahkannya dalam usaha untuk memecahkan masalah tersebut maka ilmu tidak berpaling pada perasaan melainkan pada pikiran yang berdasarkan penalaran
-          Masalah yang dihadapi adalah nyata sehingga ilmu mencari jawabannya pada dunia nyata pula
-          Ilmu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta
Secara sederhana maka semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yaitu :
-          Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan
-          Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimanapun konsistennya kalau tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah( Jhon Dewey )
1.      Perumusan masalah
Merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2.      Pengkajian Pustaka
Kajian tentag teori atau pengetahuan yang relevan dengan permasalahan.
       3. Penyusunan kerangka berfikir
            Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.Kerangka berfikir disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Perumusan Hipotesis
Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan . Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.









BAB IV

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN METODE ILMIAH

1.      Kekurangan
      Pengetahuan yang ilmiah dihasilkan dengan menggunakan metode ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa panca indera kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta, sehingga tidak disangsikan lagi bahwa data yang dikumpulkan adalah keliru sehingga kesimpulan yang diambil pun akan keliru.
      Jadi kemungkinan kekeliruan dari suatu kesimpulan ilmiah tetap ada. Oleh karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau dengan kata lain kebenaran ilmu pengetahuan termasuk IPA bersifat tentatif, artinya sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu, maka kesimpulan tersebut dianggap benar. Sebaliknya, kesimpulan ilmiah yang benar tersebut dapat menolak kesimpulan ilmiah terdahulu sehingga menjadi kebenaran ilmu yang baru.
Memang tidak mustahil suatu kesimpulan ilmiah bisa saja berubah saesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari Wahyu Illahi. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.
      Metode ilmiah memang tidak sanggup menjangkau untuk menguji adanya Tuhan . Metode ilmiah juga tidak dapat menjangaku untuk membuat kesimpulan yang berkenaan dengan baik dan buruk atau sistem nilai. Juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
2.      Kelebihan
      Ciri khas ilmu pengetahuan ialah bersifat objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Hal yang demikian akan membimbing kita pada sikap ilmiah yang terpuji, yakni:
a.       Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjurus ke arah hidup yang bahagia.
b.      Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolut. Hal itu dapat menjurus ke arah mencari kebenaran secara terus-menerus.
c.       Dengan ilmu pengetahuan, orang tidak percaya pada thuyul, astrologi maupun peruntungan, karena segala sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui proses yang teratur;
d.      Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk ingin tahu lebih banyak. Akibatnya ilmu pengetahuan yang kita peroleh akan sangat membantu pola kehidupan kita.
e.       Ilmu pengetahuan pun akan membimbing kita untuk tidak berpikir secara prasangka, tetapi berpikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat-pendapat orang lain atau bersikap toleran
f.       Metode ilmiah, membimbing kita untuk tidak begitu saja percaya pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti nyata.
g.      Metode ilmiah juga membimbing kita untuk selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.

















BAB V
KESIMPULAN
Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna.
Penalaran adalah hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini.
Ilmu Pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu (curiousity). Rasa ingin tahu itu berkembang, baik tentang dirinya sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Metode ilmiah ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui segala sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis, bersifat objektif dan konsisten.

















DAFTAR PUSTAKA



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar