TUGAS KELOMPOK-1
PERKEMBANGAN PENALARAN MANUSIA,
METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA
Nama Kelompok
1. Sri Hastuti 14052001
2. Ester
Silalahi 15052054
3. Nursila
Hidayati 14052020
4. Risna 14052016
UNIVERSITAS ASAHAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga kelompok-1 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan
Penalaran Manusia, Metode Ilmiah dan Implementasinya” dengan baik.
Makalah
merupakan karya tulis ilmiah karena disusun berdasarkan kaidah kaidah ilmiah
yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi \yang menggunakan
teknik pengumpulan data, menggunakan metodologi penelitian yang relevan dan
terarah pada pokok permasalahan yang berkaitan dengan bidang studi mahasiswa.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Alamiah Dasar. Untuk itu, makalah ini disusun dengan memakai bahasa yang
sederhana dan mudah untuk dipahami.
Dan pada kesempatan ini juga kelompok-1 mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, Ibuk Rumondang,S.Pi,M.S
yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan petunjuk hingga makalah ini
dapat disusun dengan baik.
Sebagai
sebuah makalah, tidak lepas dari kekurangan,oleh karena itu kelompok-1 sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang berkepentingan, guna
penyempurnaan makalah ini. Selanjutnya terima kasih penulis ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan. Semoga makalah ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.
Kisaran, 28 Oktober 2015
Kelompok-1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Umumnya pengetahuan seseorang tentang sesuatu dimulai
dari adanya rangsangan dari suatu objek, rangsangan itu menimbulkan rasa ingin
tahu yang mendorong seseorang untuk melihat, menyaksikan, mengamati, mengalami
dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan dibekali rasa
ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan
menjelaskan gejala-gejala alam, juga berusaha untuk memecahkan masalah atau
persoalan yang dihadapi, serta berusaha untuk memahami masalah itu sendiri, ini
semua menyebabkan manusia mendapatkan pengetahuan yang baik.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil
pengamatan terhadap gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambahnya dengan
pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya, setelah manusia mampu
memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimentasi ini, maka lahirlah ilmu
pengetahuan yang mantap atau bagus.
Jadi, perkembangan alam pikiran manusia sampai dengan
kelahiran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu yang mantap, melalui 4 (empat)
tahap yaitu tahap mitos, tahap penalaran deduktif (rasionalisme) atau tahap
pemikiran rasional, tahap penalaran induktif (empirisme) atau tahap pemikiran
empiris, dan akhirnya sampai ke tahap pengkristalan konsep metode ilmiah.
B. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian
dari perkembangan manusia
2.
Untuk mengetahui bagaimana proses
perkembangan penalaran manusia
3.
Untuk mengetahui metode ilmiah dan implementasinya
C. Manfaat
1.
Membantu
mahasiswa dalam memiliki cara pandang tentang IPA dan teknologi.
2.
Membentuk
kepribadian, sehingga cepat tanggap dan peka serta bertanggung jawab terhadap
permasalahan perkembangan IPA dan teknologi yang timbul di masyarakat.
DAFTAR ISI
Isi Hal
KATA PENGANTAR i
PENDAHULUAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB
I
Perkembangan Manuisa, Penalaran Manusia,
Metode Ilmiah
dan Implementasinya 1
A. Perkembangan Penalaran Manusia 1
1. Sifat Unik Manusia 4
2. Sejarah Pengetahuan yang
diperoleh Manusia 5
B. Metode Ilmiah
dan Implementasinya 7
1. Kriteria Metode Ilmiah 7
2. Langkah Metode Ilmiah 8
BAB II
Kosmologi dan
Metafisika 11
BAB III
Metode Ilmiah 14
BAB IV
Kekurangan dan
Kelebihan Metode Ilmiah 16
BAB V
Kesimpulan 18
Daftar Pustaka 19
BAB I
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN PENALARAN
MANUSIA,
METODE ILMIAH DAN
IMPLEMENTASINYA
A. Perkembangan
Penalaran Manusia
Nalar adalah pertimbangan tentang
baik buruk, akal budi, atau aktivitas yang memaksa seseorang untuk berfikir
logis, jangkauan pikir, kekuatan pikir. Sedangkan Penalaran adalah hal yang
mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan
atau pengalaman.
Tuhan
menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang
lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk
pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan
(biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang
tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.
Menurut Auguost Comte (1798 – 1857) Perkembangan penalaran manusia terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:
- Tahap Teologi = tahap fiktif
Anggapan bahwa
setiap gejala alam dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa/dewi atau
kekuatan gaib.
- Tahap Filsafat = fisik = abstrak
Tidak
percaya kekuatan gaib tetapi pada akalnya sendiri
- Tahap Positif = tahap ilmu = riil
Merupakan
tahap dimana manusia mampu berpikir secara positif atas dasar pengetahuan yang
dikembangkan melalui pengamatan percobaan dan perbandingan.
Ilmu adalah sumber pengetahuan yang berfungsi memberi
penjelasan terhadap suatu permasalahan yang dihadapi manusia. Merupakan
kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui pengujian ilmiah dan didasarkan
pada pengalaman.
Cara memperoleh Ilmu (Pengetahuan)
- Prasangka : suatu anggapan yang benar
- Intuisi : tidak didasarkan pada penalaran
- Wahyu : dari Tuhan lewat Nabi
- Trial and error : coba-coba
- Ilmiah : pembuktian dengan penalaran yang logis
Syarat
Pengetahuan :
- obyektif
-
metodik
-
sistematik
-
berlaku umum : universal
Ilmu alamiah diperoleh melalui penalaran:
- Penalaran deduktif = Rasionalisme
-
bertolak dari umum -------------- khusus
-
kesimpulan dengan pola pikir = Silogisme
Premis mayor : umum
Premis minor : khusus
Kesimpulan:
Contoh: Semua
manusia akam mati
Farhan adalah manusia
Farhan akan mati
-
bersifat abstrak, tidak didasarkan pada pengalaman
-
diperoleh bermacam-macam pengetahuan yang dapat diterima oleh semua pihak
-
kesulitan untuk diterapkan konsep rasional dalam kehidupan praktis
- Penalaran induktif = empirisme
-
berdasarkan
pengalaman konkrit
-
bertolak
dari khusus --------------- umum
-
dapat
diamati dengan panca indera
-
belum
tentu bersifat konsisten atau malah kontradiktif
-
belum
menjamin tersusunnya pengetahuan yang sistematis
-
melalui
pengujian (eksperimen)
- Pendekatan Ilmiah
-
dengan
metode ilmiah
-
gabungan
antara deduksi dan induksi
-
susunan
syarat pengetahuan
Ilmu Alamiah diperoleh melalui 4 tahap, yaitu tahap
mitos, tahap penalaran, tahap pengalaman eksperimen dan tahap ilmiah atau
metode keilmuan
Siklus Pengembangan Ilmu:
Kebenaran yang diperoleh adalah kebenaran relatif bukan kebenaran mutlak.
1.
Sifat
unik manusia
-
Homo
sapiens (cerdas dan bijaksana)
-
Homo
faber (manusia kerja dengan alat)
-
Homo
longuens (dapat berbicara)
-
Homo socius (dapat hidup bermasyarakat)
-
Homo Aecomomicus ( atas dasar pertimbangan
ekonomi dalam berusaha)
-
Homo religius ( manusia beragama; Tuhan
YME) Manusia berencana dan berusaha hasil akhir diserahkan pada Tuhan YME
sebagai takdir. Manusia menyadarti adanya kegaib yang memiliki kemampuan lebih
hebat dari yang memiliki kemampuan lebih hebat dari manusia. Isi alam semesta
tunduk pada hukum alam (deterministis). Makhluk hidup tunduk pada hukum
kehidupan (biologis)
Dari tahap awal lahir
animisme à
dinamisme à
totemisme (agama alami) à
agama samawi (sbg pedoman hidup)
Perbedaan
manusia dan hewan
Manusia : - memiliki curiosity yang tidak
idle.
- rasa ingin tahu selalu berkembangan
-
memiliki akal budi dan kemauan yang sangat kuat dalam mengembangkan IPTEK.
Hewan : - idle heriosity = insting
Perkembangan
alam pikiran manusia :
- sejak lahir __________ akhir hayat
- sejak jaman purba ___________ dewasa ini
2. Sejarah
Pengetahuan yang diperoleh Manusia
a. Rasa Ingin Tahu
Ilmu
Pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu (curiousity). Perasaan ini merupakan
salah satu ciri khas manusia. Rasa ingin tahu berkembang, baik tentang dirinya
sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak
dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Manusia selalu
merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam,
artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang
artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu ialah untuk
memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya untuk itu manusia
mereka-reka sendiri jawabannya.
b. Mitos dan Pembaharuan
Menurut Auguste Comte (1798-1857) bahwa
dalam sejarah perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu tahap teologi
(tahap metafiika), tahap filsafat, dan tahap positif (tahap ilmu).
Fungsinya untuk
menjawab rasa ingin tahu manusia; untuk memenuhi kebutuhan alam pikiran dengan
membuat khayalan, imajinasi atau intuisi
Alasan adanya
mitos:
-
keterbatasan dalam hal pengetahuan dan
penalaran manusia
-
keterbatasan kemampuan alat indera
-
Agar
mendapatkan kepuasan sementara dengan kebenaran irasional (pseudo science)
Mitos adalah hasil rekaan manusia yang berupa daya khayal/imajinasi,
yang dipercaya dan dipergunakan sebagai
pedoman dalam kehidupan bermasyarakat oleh sekelompok orang.
Jenis Mitos:
-
Mitos
sebenarnya
Imajinasi manusia untuk
menerangkan gejala alam yang ada dengan mengaitkan pada dewa/dewi atau kekuatan
gaib.
-
Cerita
rakyat
Usaha manusia mengisahkan peristiwa penting
yang menyangkut kehidupan dalam masyarakat menanamkan ajaran moral
tentang kebaikan dan kejahatan yang dikaitkan dengan tokoh cerita.
-
Legenda
Cerita yang didasarkan padamitos adanya seorang tokoh yang dikaitkan dengan
terjadinya suatu daerah.
Tokoh
Pembaharu :
1.
Thales
(624-546 SM)
2.
Anaximander
(610-546 SM)
3.
Anaximinus
(560-520 SM)
4.
Herakleitos
(560-470 SM)
5.
Pythagoras
(500 SM)
6.
Emplidokes
(480-430 SM)
7.
Plato
(423-347 SM)
8.
Aristoteles
(348-322 SM)
9.
Ptolomens
(127-151 M)
10.
Avicenna
(Ibn. Shina) abad 11 M
11.
Aviroes
(Ibn. Rushd) bad 11 M
12.
Antonie
Laurent Lavoisier (1743-1793)
13.
Nicoleus
Copernicus
14.
Galileo
Galilei
15.
Antony
Leuvanhock
16.
Nielh
Bohr
17.
Dalton
18.
Newton
19.
Einstein,
dsb
B. Metode Ilmiah dan Implementasinya
Salah
satu syarat ilmu pengetahuan ialah materi pengetahuan tersebut harus diperoleh
melalui metode ilmiah. Metode ilmiah ialah suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui segala sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis, bersifat
objektif dan konsisten. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Sejak abad ke-16 para
ilmuwan menggunakannya dalam mempelajari alam semesta ini.
Pendekatan
yang digunakan kadang-kadang bersifat induktif maupun deduktif. Mari kita ingat
lagi, bahwa pendekatan induktif adalah mengambil suatu kesimpulan umum
berdasarkan sekumpulan pengetahuan. Pendekatan deduktif berdasarkan hal-hal
yang sudah dianggap benar, diambil kesimpulannya dengan menggunakan hal-hal
yang dianggap benar itu.
Sejak
digunakan, metode ilmiah dalam penelitian ilmiah, dimulailah IPA modern yang
kemudian berkembang sangat pesat. Perintis-perintis IPA modern adalah Galileo
Galilei (1564-1642), Isac Newton (1942-1727), dan Robert Boyle (1626-1691). Sedangkan
yang khusus di bidang ilmu kimia adalah Antonie Laurent Lavoisier (1743-1793).
1. Kriteria
Metode Ilmiah
Jika
suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode
tersebut harus mempunyai kriteria, antara lain:
-
Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan
yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang
dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan
sejenis.
-
Bebas dari Prasangka
Metode
ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jaun dari pertimbangan
subjektif. Penggunaan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap
serta dengan pembuktian yang objektif.
-
Menggunakan Prinsip-prinsip Analisis
Dalam
memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, haru digunakan
prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab-sebabnya serta pemecahannya
dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanaya dibuat deskripsinya saja, tetapi harus dicari
sebab akibatnya dengan menggunakan analisis yang tajam.
-
Menggunakan Hipotesis
Dalam
metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan
analisis. Hipotesis harus ada untuk mengumpulkan persoalan serta memandu jalan
pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga hasilnya akan mengenai
sasaran. Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran
peneliti.
-
Menggunakan Ukuran Objektif
Kerja
penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran
tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dengan menggunakan
pikiran yang waras.
-
Menggunakan Teknik Kuantitatif
Dalam
metode ilmiah lazim digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat
dikuantifikasikan. Ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan
sebagainya harus selalu digunakan.
2.
Langkah Metode Ilmiah
Alur
berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam
langkah-langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir
ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah yang disebut langkah-langkah
perasional metode ilmiah, yakni:
-
Perumusan Masalah
Perumusan
masalah di sini adalah pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa ataupun bagaimana
obyek yang hendak diteliti itu. Masalah itu harus jelas batasan-batasannya
serta dikenal juga faktor-faktor yang mempengaruhinya.
-
Penyusunan Kerangka Berpikir dalam Pengajuan
Hipotesis
Kerangka
berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat
antara berbagai faktor yang salin berkaitan dan membentuk konstelasi
permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis
ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor
empiris yang relevan dengan permasalahan.
-
Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah:
o
suatu pernyataan yang menunjukkan
kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan;
o
suatu dugaan yang tentu saja didukung
oleh pengetahuan yang ada;
o
suatu jawaban sementara dari
permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu observasi atau
eksperimentasi.
-
Pengujian Hipotesis
Pengujian
hipotesis adalah berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
Fakta-fakta
ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop
maupun melalui uji coba. Kemudian fakta-fakta tadi dikumpulkan melalui
penginderaan.
-
Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta
(data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu diterima bila data yang
terkumpul mendukung pernyataan hipotesis. Bila data tidak mendukung, maka
hipotesis tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima, merupakan suatu
pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah dan merupakan bagian
dari ilmu pengetahuan. Keseluruhan
langkah tersebut, harus ditempuh melalui urutan yang teratur. Oleh karena,
langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Dari
keterangan-keterangan itu, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang disusun secara sistematis, berlaku umum dan kebenarannya telah
teruji secara empiris.
BAB II
KOSMOLOGI DAN METAFISIKA
1. Pengertian
Kosmologi
Kosmologi adalah pengetahuan yang
meneliti asal usul, struktur, hubungan ruang–waktu dalam alam semesta. Ilmu
tentang asal mula dunia, hubungannya dengan tata surya dan alam semesta. Dalam
metafisika menyelidiki alam semesta sebagai sistim yang beraturan (Depdiknas. Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2008:736).
Kosmos dalam bahasa Yunani berarti dunia jagat
raya, logos berarti ilmu tentang. Pandangan bahwa semesta alam sebagai
keseluruhan yang teratur. Dalam teologi Katolik timur dihubungkan dengan
keindahan penciptaan, bertentangan dengan buruknya chaos. (O‘Collins, Gerald
SJ. et al. 1996:166).
Kosmologi
mempelajari alam semesta sebagai suatu sistim yang rasional dan teratur.
seringkali merujuk pada bidang ilmu astronomi, berupaya membangun hipotesa
mengenai asal, struktur, ciri khas, perkembangan alam phisik berdasarkan
pengamatan dan metodologi ilmiah. Ilmu yang memandang keseluruhan alam semesta
sebagai totalitas integral.
Secara
tradisional, kosmologi sering dianggap bagian dari metafisika. Ide-ide awal
pada masyarakat purba sebagai upaya manusia menjelaskan tempatnya dalam alam
semesta. Data observasi yang terkumpul menghasilkan konsep geosentris tentang
alam semesta. Mereka memperkirakan dibalik gerakan benda-benda angkasa yang
terlihat kacau, pasti memiliki pola teratur tertentu. Dengan pemikiran bahwa
manusia dan bumi yang dipijaknya sebagai pusat alam; disimpulkan pada konsep
geosentris. Konsep ini kemudian hari dalam perkembangan ilmu pengetahuan barat
digantikan dengan konsep heliosentris.
( Bagus, Lorens. 2005).
Pemikiran
mengenai proses terbentuknya alam tercakup dalam agama, kepercayaan dan budaya
tradisional kuno. Berwujud dalam mitologi masyarakat jelata, disisi lain hal
ini mendorong pengamatan/observasi dalam ilmu astronomi. Penelitian struktur
semesta alam (astronomi) sangat erat berhubungan dengan sejarah perenungan
masyarakat kuno tentang kisah asal muasal terjadinya semesta alam (cosmogony).
2. Pengertian
Metafisika
Metafisika merupakan
padanan kata yang berasal dari Bahasa
Yunani yakni : μετά (meta) = "setelah atau di balik",
dan φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam").
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau
hakekat objek (fisik) di dunia.
Cabang
utama metafisika adalah ontologi,
studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan
lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia
mengenai dunia, termasuk keberadaan; kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan
sebab akibat, dan kemungkinan.
Penggunaan
istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada
"hal-hal yang di luar dunia fisik". Beberapa Tafsiran Metafisika
Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai
tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia
terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal
tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang
nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini
lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
Selain
paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme.
paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme.
Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam
tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan
yang terdapat di alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui.
Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena
standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga
mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.
Dari
paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan
manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang mencoba
mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling
bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik
melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala
kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang
unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika
semata.
Berbeda
halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran
yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia
menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran
monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat,
keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang
berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Pendapat ini ditolak oleh kaum
yang menganut paham dualistik.
Dalam metafisika,
penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi
mereka berbeda secara substansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap
oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran,
sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada.
BAB III
METODE ILMIAH
1.
Pengertian
Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu,yang merupakan gabungan antara penalaran deduktif
dan penalaran induktif.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder :
Dimulai ketika manusia mengamati sesuatu kemudian
memunculkan pertanyaan mengapa manusia mulai mengamati sejak manusia mempunyai
perhatian tertentu terhadap objek.
ü Perhatian muncul karena suatu masalah
ü Ada kesukaran yang dirasakan dalam pengalaman manusia
yang menimbulkan pertanyaan
Jika menghadapi masalah, maka manusia akan berusaha
memecahkannya dalam usaha untuk memecahkan masalah tersebut maka ilmu tidak
berpaling pada perasaan melainkan pada pikiran yang berdasarkan penalaran
-
Masalah
yang dihadapi adalah nyata sehingga ilmu mencari jawabannya pada dunia nyata
pula
-
Ilmu
dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta
Secara sederhana maka semua teori ilmiah harus memenuhi
dua syarat utama yaitu :
-
Harus
konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya
kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan
-
Harus
cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimanapun konsistennya
kalau tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya
secara ilmiah.
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah( Jhon
Dewey )
1.
Perumusan
masalah
Merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas
batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2.
Pengkajian
Pustaka
Kajian tentag teori atau pengetahuan yang relevan dengan
permasalahan.
3. Penyusunan
kerangka berfikir
Merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai
faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.Kerangka
berfikir disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah
teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan
dengan permasalahan.
4.
Perumusan Hipotesis
Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berfikir yang dikembangkan . Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan
fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan
apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
BAB IV
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN METODE
ILMIAH
1.
Kekurangan
Pengetahuan yang ilmiah dihasilkan dengan menggunakan metode
ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil
kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa panca
indera kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta,
sehingga tidak disangsikan lagi bahwa data yang dikumpulkan adalah keliru
sehingga kesimpulan yang diambil pun akan keliru.
Jadi kemungkinan kekeliruan dari suatu kesimpulan ilmiah tetap
ada. Oleh karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau dengan kata lain kebenaran
ilmu pengetahuan termasuk IPA bersifat tentatif,
artinya sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu, maka
kesimpulan tersebut dianggap benar. Sebaliknya, kesimpulan ilmiah yang benar
tersebut dapat menolak kesimpulan ilmiah terdahulu sehingga menjadi kebenaran
ilmu yang baru.
Memang tidak mustahil
suatu kesimpulan ilmiah bisa saja berubah saesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat
dari Wahyu Illahi. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya
tidak akan berubah sepanjang masa.
Metode ilmiah memang tidak sanggup menjangkau untuk menguji
adanya Tuhan . Metode ilmiah juga tidak dapat menjangaku untuk membuat
kesimpulan yang berkenaan dengan baik dan buruk atau sistem nilai. Juga tidak
dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
2.
Kelebihan
Ciri khas ilmu pengetahuan ialah bersifat objektif, metodik,
sistematik dan berlaku umum. Hal yang demikian akan membimbing kita pada sikap
ilmiah yang terpuji, yakni:
a.
Mencintai
kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjurus ke arah
hidup yang bahagia.
b.
Menyadari
bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolut. Hal itu dapat menjurus ke arah mencari
kebenaran secara terus-menerus.
c.
Dengan
ilmu pengetahuan, orang tidak percaya pada thuyul, astrologi maupun
peruntungan, karena segala sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui proses
yang teratur;
d.
Ilmu
pengetahuan membimbing kita untuk ingin tahu lebih banyak. Akibatnya ilmu
pengetahuan yang kita peroleh akan sangat membantu pola kehidupan kita.
e.
Ilmu
pengetahuan pun akan membimbing kita untuk tidak berpikir secara prasangka,
tetapi berpikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat-pendapat
orang lain atau bersikap toleran
f.
Metode
ilmiah, membimbing kita untuk tidak begitu saja percaya pada suatu kesimpulan
tanpa adanya bukti-bukti nyata.
g.
Metode
ilmiah juga membimbing kita untuk selalu bersikap optimis, teliti dan berani
membuat suatu pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.
BAB
V
KESIMPULAN
Tubuh manusia
berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap
menjadi manusia yang sempurna.
Penalaran
adalah hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan
dengan perasaan atau pengalaman.
Ada dua macam perkembangan alam pikiran
manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir
hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa
ini.
Ilmu Pengetahuan bermula dari rasa
ingin tahu (curiousity). Rasa ingin tahu itu berkembang, baik tentang dirinya
sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak
dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Metode ilmiah ialah suatu prosedur
atau cara untuk mengetahui segala sesuatu dengan langkah-langkah yang
sistematis, bersifat objektif dan konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar