MAKALAH
BERMACAM ALIRAN DAN
METODE PSIKOLOGI
Disusun
Oleh
Kelompol
VI
Sri
Hastuti
Nur
Hafani
Hazizah
Puspa Sari
Mayrani
Batubara
Deka
Duwi Anggraini
UNIVERSITAS
ASAHAN
(UNA)
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami
limpahan rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun dengan tujuan pertama
memahami dan mendalami aliran-aliran dalam psikologi. Kedua memenuhi tugas
diskusi dan pembuatan makalah secara kelompok. Adapun manfaat makalah ini
adalah sebagai wahana pembelajaran pengantar psikologi agar dapat dipelajari
oleh seluruh mahasiswa/mahasiswa khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam kelas
B.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun
ini masih jauh dari sempurna, karena itulah kritik dan saran yang membangun
dari dosen dan teman-teman sangat kami harapkan.
Kelompok
VI, 23 Oktober 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kondisi kejiwaan
manusia. Psikologi juga artikan ilmu yang mempelajari tentang keadaan manusia
dalam berbagai aspek baik mengenai tanggapan terhadap lingkungan,
aktivitas-aktivitasnya, pemikirannya, kehendaknya, maupun perasaan panca
inderanya.
Aliran-aliran dalam
psikologi membahas tentang berbagai macam sifat psikologi dari beberapa ilmuwan
psikologi. Ditinjau dari segi aliran psikologi dibagi menjadi beberapa,
diantaranya :
E Psikologi Psikonalisis/ psikonalisa
E Psikologi Behaviorisme
E Psikologi Humanistik
E Psikologi Fungsionalisme
Dari keempat aliran psikologi diatas, kami akan membahas secara
lebih rinci. Kemudian akan dijabarkan berdasarkan konsep-konsep dari
sumber-sumber yang nyata dan referensi yang akurat. Sehingga akan melahirkan nilai-nilai
dalam pembelajaran pengantar ilmu psikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut ini adalah aliran-aliran dalam psikologi beserta
penjelasannya:
1. Psikologi
Psikonalisa
psikologi adalah salah satu disiplin ilmu yang berupaya menjelaskan
perilaku manusia. Tetapi perlu dipahami bahwa di dalam disiplin psikologi ini
terdapat banyak cabang yang meski sama-sama menjelaskan faktor-faktor
determinan perilaku manusia, namun tak jarang bertolak belakang secara ekstrem.
Salah satu titik ekstrem adalah aliran behavioristik, beserta derivatnya, yang
berkeyakinan bahwa segala macam perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor
di luar dirinya yang disebutnya stimulus. Tujuan perilaku manusia adalah
merespon stimulus ini. Sedangkan di ujung lainnya berdiri aliran Psikoanalisa
yang dikomandani oleh Sigmund Frued, beserta derivatnya. Aliran ini berasumsi
bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam dirinya yang
terletak jauh di alam bawah sadar. Di antara kedua ekstrem
tersebut bercecer aliran-aliran lain yang merupakan konvergensi dari ke dua
ekstrem tersebut.
Sigmund Frued, pendiri Psikoanalisa, adalah ahli psikologi pertama yang memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia,bukan kepada bagian-bagiannya yang terpisah. Selain itu, dengan memfokuskan pada salah satu aliran saja diharapkan bisa mengenal lebih mendalam pemanfaatan psikologi bagi kehidupan.
Sigmund Frued, pendiri Psikoanalisa, adalah ahli psikologi pertama yang memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia,bukan kepada bagian-bagiannya yang terpisah. Selain itu, dengan memfokuskan pada salah satu aliran saja diharapkan bisa mengenal lebih mendalam pemanfaatan psikologi bagi kehidupan.
Perilaku Dari Sudut Pandang Psikonalisa
Sebagaimana tubuh fisik yang mempunyai struktur : kepala, kaki, lengan dan
batang tubuh, Sigmund Frued, berkeyakinan bahwa jiwa manusia juga mempunyai
struktur, meski tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam ruang. Struktur jiwa tersebut meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda.
Masing-masing sistem tersebut memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri.
Keharmonisan dan keselarasan kerja sama di antara ketiganya sangat menentukan
kesehatan jiwa seseorang. Ketiga sistem ini meliputi : Id, Ego, dan Superego.
Sebagaimana akan dijelaskan nanti, masing-masing sistem atau instansi memiliki
peran dan fungsi sendiri-sendiri.
Sigmund Frued mengumpamakan kehidupan psikis seseorang bak gunung es yang
terapung-apung di laut. Hanya puncaknya saja yang tampak di permukaan laut,
sedangkan bagian terbesar dari gunung tersebut tidak tampak, karena terendam di
dalam laut. Kehidupan psikis seseorang sebagian besar juga tidak tampak ( bagi
diri mereka sendiri ), dalam arti tidak disadari oleh yang bersangkutan. Meski
demikian, hal ini tetap perlu mendapat perhatian atau diperhitungkan, karena
mempunyai pengaruh terhadap keutuhan pribadi seseorang.
Dalam pandangan Frued, apa yang dilakukan manusia khususnya yang
diinginkan, dicita-citakan, dikehendaki untuk sebagian besar tidak
disadari oleh yang bersangkutan. Hal ini dinamakan “ketaksadaran dinamis”,
ketaksadaran yang mengerjakan sesuatu. Frued menggunakan istilah Id untuk
menunjukkan wilayah ketaksadaran tersebut. Id merupakan lapisan paling dasar
dalam struktur psikis seorang manusia. Id meliputi segala sesuatu yang bersifat
impersonal atau anonim, tidak disengaja atau tidak disadari, dalam daya-daya
mendasar yang menguasai kehidupan psikis manusia.
Pada permulaan hidup manusia, kehidupan psikisnya hanyalah terdiri dari Id
saja. Pada janin dalam kandungan dan bayi yang baru lahir, hidup psikisnya
seratus prosen sama identik dengan Id. Id tersebut nyaris tanpa struktur apa
pun dan secara menyeluruh dalam keadaan kacau balau. Namun demikian, Id itulah
yang menjadi bahan baku bagi perkembangan psikis lebih lanjut.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia – pusat insting (hawa nafsu, istilah dalam agama ). Ada dua insting dominan, yakni :
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia – pusat insting (hawa nafsu, istilah dalam agama ). Ada dua insting dominan, yakni :
1) Libido –
instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatan
manusia yang konstruktif;
2) Thanatos – instink destruktif dan agresif.
Yang pertama disebut juga instink kehidupan ( eros ), yang dalam konsep Frued
bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga segala hal yang mendatangkan
kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan kepada Tuhan, cinta diri ( narcisisme
).
Cara-cara
tersebut sudah tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan. Orang lapar tentu tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan makanan.
Orang haus tidak hilang hausnya dengan membayangkan es campur. Karena itu maka
perlu (merupakan keharusan kodrat) adanya sistem lain yang menghubungkan
pribadi dengan dunia objektif. Sistem yang demikian itu ialah Ego.
Meski id mampu melahirkan keinginan, namun ia tidak mampu memuaskannya.
Subsistem yang kedua – ego – berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas
di dunia luar. Ego merupakan mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan
tuntutan rasional dan realistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu
menundukkan hasrat hewani manusia dan hidup sebagai wujud yang rasional ( pada
pribadi yang normal ). Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul
karena kebutuhan manusia untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan.
Aktivitas Ego tampak dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang objektif, yang
sesuai dengan dunia nyata dan mengungkapkan diri melalui bahasa. Ego juga
mengontrol apa yang akan masuk ke dalam kesadaran dan apa yang akan dilakukan.
Jadi, Fungsi Ego adalah menjaga integritas kepribadian dengan mengadakan
sintesis psikis.
Superego adalah sistem kepribadian terakhir yang ditemukan oleh Sigmund
Frued. Sistem kepribadian ini seolah-olah berkedudukan di atas Ego, karena itu
dinamakan Superego. Fungsinya adalah mengkontrol ego. Ia selalu bersikap kritis
terhadap aktivitas ego, bahkan tak jarang menghantam dan menyerang ego.
Konflik antara ego dan superego, dalam kadar yang tidak sehat, berakibat
timbulnya emosi-emosi seperti rasa bersalah, menyesal, rasa malu dan
seterusnya. Dalam batas yang wajar, perasaan demikian normal adanya. Namun,
pada beberapa orang hidupnya sangat disiksa oleh superegonya, sehingga tidak
mungkin lagi untuk hidup normal.
2. Psikologi Behaviorisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme
Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini
berkembang di AS, merupakan lanjutan dari
fungsionalisme.
Behaviorisme mempelajari
tentang perbuatan manusia bukan dari perbuatannya, melainkan hanya mengamati
tingkah laku berdasarkan pada kenyataan.segala perbuatan di kembalikan pada
refleks. Aliran ini juga menganggap manusia dilahirkan sama,manusia hanya
makhluk yang berkembang karena kebiasaan dan pendidikan dapat mempengaruhi
refleks sekehendak hatinya.
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur
kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi
diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme
tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai
oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari
fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada
proses-proses mental.
Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman
tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya
Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner.
Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
PRINSIP DASAR BEHAVIORISME
Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai
perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah
pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah
satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan
lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme
dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan
bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
3. Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncullah
suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam penerapan
psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi
klinik, pekerja-pekerja sosial, dan konselor, bukan merupakan penelitian dalam
proses belajar. Gerakan ini berkembang, dan kemudian dikenal sebagai psikologi
humanistis, eksestransial, perceptual atau fenomenolkal. Psikologi ini berusaha
untuk memahami prilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (obsever)
Dalam dunia psikologi ini, humanistik merupakan salah satu aliran yang muncul
pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang
berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi
mengemukakan secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti: self
(diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat,
individualitas dan sejenisnya.
Adapun orientasinya psikologi
humanistic tertuju pada masalah bagaimana tiap tiap individu dipengaruhi dan di
bimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistic
penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan
perhatian siswa.
Tokoh-Tokoh
a.
Combs
Combs dan
kawan-kawan menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku orang kita harus
mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah perilaku
seseorang, kita arus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu. Karena
perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dengan yang lain. Jika kita
contohkan antara guru dan siswa, apabila seorang guru mengeluh karena seorang
siswanya tidak mempunyai motovasi untuk melakukan sesuatu jangan salahkan siswa
tersebut, mungkin siswa tersebut tidak suka akan motivasi yang guru berikan.
Jadi, dalam hal ini guru dituntut untuk memahami akan prilaku atau persepsi
dari masing-masing siswa tersebut.
b) Abraham
Maslow
Dari pemikiran
abraham maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang
potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna
memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah
satu tujuan dalam pendidikan humanistik.
c) Rogers
Rogers berjasa
besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat diaplikasikan dalam
pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang menekankan
pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses
pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif
agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan
emosional antara guru dengan siswa.
4.
Psikologi Fungsionalisme
a. Konsep Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang
menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta
mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia
dan lingkungannya.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi
indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme
lebih menekankan pada fungsifungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena
mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan
yang dimainkannya dalam kehidupan.
Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang
pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut
dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekatan fungsionalisme berlawanan
dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar
dari pragmatism sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan
psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh.
Fungsionalisme memiliki macam-macam tokoh antara lain Willian James, John
Dewey, J.R.Anggell dan James Mc.Keen Cattell .
b. Tokoh-tokoh
John Dewey (1859-1952
Latar belakangnya adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang
filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam
perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbian
University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adalah suatu kesatuan yang
utuh, tidak dapat dipecah ke dalamm bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan
oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang
sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan
pada fungsi psy. Events tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi
manusia.
James Rowland Angell (1867-1949)
Berasal dari keluarga terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai
rektor dari universitas besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan
menjadi murid William James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat
gelar Ph.D namun memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala
departemen psikologi dan pernah menjabat sebagai presiden dari APA.
Functional psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental,
mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia
dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind
and body.
Harvey A. Carr (1873-1954)
Carr menggantikan Angell sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago
setelah menerima gelar Ph.Dnya. Pada masa ini fungsionalisme sudah menjadi
aliran yang mapan dan tidak terlalu bersaing lagi dengan strukturalisme.
Bagi Carr, aspek penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia
menjelaskan berbagai fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan
thinking )dengan kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.
c. Ciri – ciri Fungsionalisme
Aliran fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, yaitu
:
@ Menekankan pada fungsi mental dibandingkan dengan
elemen-elemen metal.
@ Mampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam
hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
@ Sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari
psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
@ Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
fisik, maka stimulus dan respons adalah suatu kesatuan.
@ Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan
cabang yang berkembang dari biologi.
@ Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas
mental manusia, Metode yang digunnakan sangat tergantung dari permasalahan yang
dihadapi.
d. Metode – metode dalam Fungsionalisme
Aliran ini mempelajari fungsi dan tingkah laku atau
proses mental, bukan hanya mempelajari struktural. Metode yang dipakai oleh
aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan
instropeksi .
1. Metode observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua)
yaitu:
a.
Metode Fisiologis
Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan
ilmu faal. Jadi, mempelajari perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh
dan sistem sarafnya.
b. Metode Variasi Kondisi
Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan
anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode
variasi kondisi iniah yang merupakan metode eksperimen dari aliran
fungsionalisme.
2. Metode Instrospeksi
Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa
pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa menunjukkan fungsinya. Metode ini
terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit
dikuantitatifkan.
e. Aliran dalam Fungsionalisme
Fungsionalisme mempunyai 2 (dua) aliran, namun pendiri
fungsionalisme itu sendiri adalah :
1. Aliran Fungsionalisme Chicago
Terdapat banyak tokoh Fungsionalisme di Universitas
Chicago sehingga dapat dikatakan menjadi aliran tersendiri yang disebut
Fungsionalisme Chicago.
a)
John Dewey (1859-1952)
Pada tahun 1886 menulis buku yang berjudul “Psychology”
dan dalam bukunya ini beliau mengenalkan cara orang Amerika belajar ppsikologi
yaitu melalui cara pragmatisme. Sarjana-sarjana
di Amerika kurang tertarik dengan pertanyaan “Apakah jiwa itu?” tetapi lebih
tertarik pada pertanyaan “Apakah kegunaan jiwa?” John Dewey juga menganjurkan
metode yang Ia sebut dengan Learning by doing (belajar sambil melakukan) Dewey
berpendapat bahwa segala pemikiran dan perbuatan harus selalu mempunyai tujuan,
oleh karena alasan itulah ia menentang teori elementarisme.
b. James Rowland Angell
James memiliki tiga pandangan terhadap fungsionalisme,
yaitu:
Fungsionalisme adalah psikologi tentang “mental
operation” (aktivitas bekerjanya jiwa) sebagai lawan dari psikologi tentang
elemen-elemen mental,
Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan
dasar-dasar kesadaran. Ini juga disebut sebagai teori emergensi dari kesadaran,
Fungsionalisme adalah psiko-phisik, yaiitu
psikologi tentang keseluruhan organisme yang terdiri dari badan dan jiwa.
2. Aliran Fungsionalisme Columbia
Selain di Chhicago, Fungsionalisme juga mempunyai banyak
tokoh di Teachers College Columbia yang disebut aliran Columbia. Ciri aliran
ini adalah
kebebasannya meneliti tingkah laku yang dianggap sebagai
kesatuan yang tak
dapat dipisahkan dan psikologi tak perlu ersifat
deskriptif karena yang penting
adalah korelasi tingkah laku dengan tingkah laku lain.
a. James MC Keen Cattel (1866-1944)
Keen Cattel mengusung teori mengenai kebebasan dalam
mempelajari tingkah laku. Ia mempunyai dua pandangan mengenai aliran
fungsionalisme, yaitu:
þ Fungsionalisme tidak perlu menganut paham dualisme karena
manusia dianggap sebagai keseluruhan yang merupakan suatu kesatuan,
þ Fungsionalisme tidak perlu
deskriptif dalam mempelajari tingkah laku, karena yang penting adalah fungsi
tingkah laku. Sehingga yang harus dipelajari adalah hubungan (korelasi) antara
satu tingkah laku dengan tingkah laku lainnya.
b.Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee pernah bekerja di “Teachers College of
Columbia” dibawah kepemimpinan James Mc. Keen Cattel. Thorndike lebih
menekankan penelitiannya pada cara dan dasar belajar. Dasar pembelajaran yaitu
asosiasi dan cara coba-salah (trial and error). Ia merumuskan beberapa prinsip:
Þ The Law of Effect yaitu hukum yang menyatakan intensitas
hubungan antara stimulus-respons akan meningkat jika mengalami keadaan yang
menyenangkan, sebaliknya akan melemah jika keadaan tak menyenangkan.
Þ The Law of Exercise atau The Law of use and disuse adalah
hukum bahwa stimulus-respons dapat timbul atau didorong dengan latihan
berulangulang.
BAB III
Kesimpulan
A. Psikologi Psikoanalisis
Fitur kunci psikoanalisis dapat diuraikan bahwa semua perilaku
manusia berasal dari sumber tunggal yang memiliki beberapa sebutan, misal
insting seks dan isting kematian, insting-insting tersebut merupakan energy
bagi semua fenomena psikologi, kondisi kehidupan nyata harus mencapai kepuasan,
mempelajari tentang tahapan alam
manusia.
B. Psikologi Behaviorisme
Secara garis besar, Behaviorisme mempelajari
tentang perbuatan manusia bukan dari perbuatannya, melainkan hanya mengamati
tingkah laku berdasarkan pada kenyataan.segala perbuatan di kembalikan pada
refleks. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak
nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang
perilaku yang
nyata.
C. Psikologi
Humanistik
Jadi, orientasi psikologi humanistic tertuju pada masalah
bagaimana tiap tiap individu dipengaruhi dan di bimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Menurut para pendidik aliran humanistic penyusunan dan penyajian materi
pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
D. Psikologi Fungsionalisme
Dapai
diuraikan bahwa Psikologi fungsionalisme mengacu pada definisi suatu fenomena
(institusi social, kebiasaan, keyakinan, dan sebagainya) yang menyangkut fungsi
(peran dan tujuan) bersifat adaptional perilaku sesuai teori Darwin. Dimana
teori ini menyatakan bahwa ketika berinteraksi dengan lingkungan, maka harus
beradaptasi dan yang sukses dalam beradaptasi adalah mereka yang memiliki
fungsi mental paling tinggi, dalam hal ini manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar