ETIKA, MORAL & AKHLAK
Di
susun oleh :
Kelompok
V
-Sri
Hatuti-
-Nur
Hafani-
-Hazizah
Puspa Sari-
Kelas : 1A-Bahasa Inggris
Mata Kuliah : Pendidikan Agama.Islam
Dosen :
Drs.Thahir, M.A
Universitas
Asahan
2014
/ 2015
ETIKA, MORAL DAN AKHLAK
Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral, akhlak dan etika
adalah pada fungsinya. Semua berfungsi pada pengarah atau petunjuk agar
seseorang mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buru.
Dengan itu manusia diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatn yang
baik, agar tercipta masyarakat yang warganya berperilaku baik dan sopan.
Jika dilihat dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangan akhlak
bersumber pada Al-Quran dan Hadist sementara rasio hanya mendukung terhadap apa
yang dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadist. Sementara moral umumnya berdasarkan
pada ketentuan atau kebiyasaan umum yang berlaku dimasyarakat.
Selain itu etika bersifat teoritis sementara moral dan akhlak lebih
bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan buruk,
akhlak berbicara soal baik dan buruk, benar dan salah, layak dan tidak layak,
sementara itu etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau
buruk. Etika menyelidiki, memperhatikan dan mempertimbangkan tentang yang baik
dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam
kesatuan sosial tertentu, moral itu hasil dari penelitian etika.
Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Akhlak dalam
islam bersifat tetap dan tidak bisa diubah-ubah oleh pemikiran manusia. Apa
yang dikatakan baik oleh Al-Quran dan apa yang dikatakan buruk oleh Hadist maka
smapai kapanpun akan seperti itu.
Meskipun akhlak
bersumber pada Al-Quran dan Hadist sedangkan moral dan etika bersumber pada
akal atau budaya sertempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan
yang sangat erat.
A.
Agama Sebagai Sumber Moral
Berbicara tentang moral
asosiasinya akan tertuju pada penentuan baik dan buruk sesuatu. Dengan rasio
atau tradisi dapat juga dengan lainnya seseorang dapat menentukan baik atau
buruk.
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa rasiolah yang menjadi sumber moral
bukanlah yang lain. Yang menentukan baik dan buruknya sesuatu adalah akal dan
pikiran manusia semata.
Aliran hedonisme berpendapat bahwa sumber kebaikan dan keburukan adalah
kebahagiaan. Sesuatu dikatakan baik jika mendatangkan kebahagiaan dan
sebaliknya sesuatu dikatakan buruk jika mendartangkan keburukan. Kebahagiian
yang dimaksud adalaj kebahagiaan individu aliran ini disebut egoistik hednisme,
aliran ini antara lain digagas oleh Epicurus (341-270).
Adalagi aliran
hedoisme universal yang berpandangan bahwa kebaikan dan keburukan diukur oleh
kebahagiaan. Aliran ini digagas oleh John Stuart Mill (1806-1873). Ia
mengatakan ebaikan tertinggi (summmun
bonum), adalah utility is happiness
for the greates number of sentimenbeing (kebahagiaan untuk jumlah kebanyakan
manusia yang sebesar-besarnya).
Aliran
tradisionalisme berpendapat bahwa sumber kebaikan atau keburukan adalah tradisi
atau adat istiadat. Karena peradaban Barat mengalami trauma historis berkenaan
dengan agama, maka peradaban Barat berusaha menyingkirkan agama dalam kehidupan
mereka. Agama tidakhanya sekedar ritual peribadatan semata-mata, diluar itu agama
tidak berperan apa-apa. Sumber utama moral adalah akal dengan variasi yang
berbeda satu sama lain, karena akal manusia terbatas dan relatif manusia
moderen kehilangan pegangan mutalk. Dalam kondisi demikian, ia mengalami risis
moral yang dalam bentuknya ekstrim berakhir dengan bunuh diri. Dalam
hubungannya dengan ini Muhammad Qhutb menulis, janganlah mudah kita ditipu oleh gagasan yang canggih dan tidak tahu
persoalan sebenarnya, sebab sepanjang moral telah diputuskan ikatannya dengan
akidah terhadap Allah, maka tidak akan kokoh (kuat) berpijak dimuka bumi ini
serta memiliki tempat bergantung terhadap akibat-akibat yang mengiringinya.
| Konsep
Al-quran dan Sunnah Tentang Akhlak
Akhlak merupakan cermin daripada umat Islam yang tentu
saja mempunyai dasar. Dan dasar inilah yang harus dihayati dan diamalkan agar
tercipta akhlak yang mulia.
Menurut M. Ali Hasan dalam bukunya Tuntunan Akhlak
mengemukakan bahwa yang menjadi dasar sifat seseorang itu baik atau buruk
adalah al-Qur’an dan Sunnah.
Maksudnya apa
yang baik menurut al-Qur’an dan Sunnah, itulah yang baik untuk di kerjakan
dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut al-Qur’an dan
Sunnah, berarti itu tidak baik dan harus dijauhi.
Dari pendapat yang diatas, bahwa yang menjadi dasar
pokok akhlak dalam Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai dasar akhlak
al-Qur’an menjelaskan kriteria baik buruknya suatu perbuatan dan mengatur pola
hidup manusia secara keseluruhan. Dengan al-Qur’an sebagai sumber akhlak bagi
kaum muslimin yang taat tidak akan keluar dari rel-rel yang telah ditentukan
olehnya.
Adapun Sunnah menjadi dasar akhlak yang kedua setelah
al-Qur’an dalam pembentukan akhlak manusia. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab
ayat 21 menyatakan:
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)
|
Akhlak yang Baik Dan Tercela
1. Pengertian Akhlak
Terpuji & Akhlak Tercela
Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau
akhlakul mahmudah, artinya segala macam perilaku atau perbuatan baik yang
tampak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan akhlak buruk yang
disebut juga akhlak mazmumah, yaitu segala macam perilaku atau perbuatan
buruk/tercela yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut
ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-qur’an
da al-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat dijumpai berbagai
istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula yang mengacu kepada yang buruk.
Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnyaal-hasanah, thayyibah,
khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak
terpuji disebit dengan akhlak tercela. Akhlak terceka merupakan tingkah laku
yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan adapat menjatuhkan
amartabatnya sebagai manusia.
Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi
akhlat tercela, sebagaimana yang nyatakan dalam beberapa keterangan.
-. Rasulullah saw.bersabda:
“ seandainya akhlak buruk itu seseorang yang berjalan
ditengah-tengah manusia, ia pasti seseorang yang buruk. Sesungguhnya Allah
tidak menjadikan perangiku jahat.”
-
Rasulullah saw bersabda:
“ sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan
sebagaimana cuka merusak madu”.
2. Macam- Macam Akhlak Terpuji
a) Husnuzan
· Pengertian
Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka”
lawan katanya adalah su’uzan yang berarti berburuk sangka atau apriori
dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat
segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan
mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya
bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya.
·
Macam-macam
husnuzan
1.
Husnuzan Kepada Allah
Salah satu
sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat husnuzan kepada
Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas segala kehendak
allah terhadap hamba-Nya.
2.
Husnuzan terhadap Diri Sendiri
Perilaku husnuzan terhadap diri sendiri artinya adalah
berperasangka baik terhadap kemampuan yang dimilki oleh diri sendiri. Dengan
kata lain, senantiasa percaya diri dan tidak merasa rendah diri di hadapan
orang lain.
3.
Husnuzan terhadap Sesama Manusia
Husnuzan terhadap sesama manusia artinya adalah
berprasangka baik terhadap sesama dan tidak meragukan kemampuan atau tidak
bersikap apriori. Semua orang dipandang baik sebelum terbukti kesalahan atau
kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam pergaulan.
·
Hikmah
Husnuzan
Di antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan
perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan perintah Allah dan
Rasul serta menjauhi segala larangannya, melaksanakan jihad fisabillilah
dan mencintai sesame manusia karena Allah.
2. Menumbuhkan
perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.Menumbuhkan sikap sabar dan
tawakal.
3. Menumbuhkan
keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat Allah.
b) Tobat
Kata taubat adalah terambil dari bahasa arab
“taubatun”, kata tersebut berasal dari kata “taaba-yatubu-taubatun” yang
artinya kembali. Orang yang taubat karena takut azab Allah disebut “taaibun”
(isim fail dari taba). Menurut firman allah SWT , yang berbunyi :
Artinya :
Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, …."(Q.S. At-Tahrim/66:8)
Jadi, Taubat yaitu menyesali perbuatan dasa yang telah dilakukan, dan akan
mengulangi kembali. Dalam kehidupan ini manusia pasti berbuat dosa. Tak satupun
manusia yang tidak berbuat dosa, walau dosa kecil. Rasulullah saw. Bersabda
yang artinya:“Setiap anak Adam(manusia) berdosa. Sebaik-baik orang yang
bedosa ialah yang mau bertaubat. (H.R. Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad yang
kuat)”.
·
Hukum
bertaubat
Bertaubat
termasuk perkara yang diwajibkan dalam agama. Dengan bertaubat manusia akan
berhenti dari berbuat dosa.Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Ia senantiasa
memberi kesempatan kepada hambaNya yangmau memohon ampun atas segala dosa yang
telah dia perbuat.Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. An-Nuur Ayat 31 yang
artinya:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا
الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“
bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang yang beriman, agar kamu
beruntung”
3 . Macam-Macam Akhlak Tercela
a) Riya
Riya berasal dari bahasa arab ri’aun
atau riya’ yang artinya memperlihatkan.
Kata ini diulang berpuluh-puluh kali dalam al-qur’an. Firman allah :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah).
mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Baqarah/2: 264)
Adapun menurut istilah riya adalah melakukan sesuatu karena ingin dilihat
atau ingin dipuji orang lain.
Riya’ merupakan perbuatan
tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya haram. Riya’ sebagai salah
satu sifat orang munafik yang seharusnya
dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ
قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
Artinya : “Sesungguhnya
orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud
riya’ (dengan shalat itu) dihadapan
manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.”
·
Macam-macam riya’
Dilihat dari bentuknya, ria dapat
digolongkan 2 macam, yaitu :
a. Ria dalam niat
Ria yang berkaitan dengan hati,
maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal
perbuatan bahkan yang dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya sudah
didasari ria. Yang mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja. Apabila seseorang
ingin melakukan amal perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat. Rasulullah
Saw. bersabda :
ﺳَﻤِﻌْﺖُﻋُﻤَﺮَﭐﺑْﻦَﭐﻟْﺨَﻄﱠﺎﺏﻗَﺎﻝَﻋَﻠَﻰﭐﻟْﻤِﻨْﺒَﺮﺳَﻤِﻌْﺖُﺭَﺳُﻮْﻝَﺹﻉﻳَﻘُﻮْﻝُِِﺇِﻧﱠﻤَﺎﺍْﻻَﻋْﻤَﺎﻝُﺑِﺎ ﻟﻨﱢﻴﱠﺎﺕِﻭَﺇِﻧﱠﻤَﺎﻟِﻜُﻞﱢﺍﻣْﺮِﺉٍﻣَﺎﻧَﻮَﻯ
(متفق عليه)
Artinya :
“aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar, ‘aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya
segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh
sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)
b.
Ria dalam perbuatan
Yaitu memamerkan atau menunjukkan perbuatan di depan
orang banyak, agar perbuatan tersebut dipuji, diperhatikan, dan disanjung orang
lain. Di antara contoh riya dalam perbuatan, bila seorang pelajar terlihat
belajar dengan sungguh-sungguh hanya karena ingin mendapat nilai yang bagus.
Dan dia melakukan hal itu kepada orang tuanya hanya karena ingin mendapatkan
apa yang dia minta dari orang tuanya cepat-cepat terkabul.
Beberapa penjelasan Allah SWT dalam Al Qur’an sehubungan dengan riya’ dalam
perbuatan antara lain :
a). Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan Allah SWT, tetapi mengaharapkan pujian, popularitas
di masyarakat. an dalam Q.S. Al Ma’un : 4-6 :
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ. الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ
Artinya : “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya”.
b). Bersedekah didasari riya laksana riya’ batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih.
c). Allah melarang pergi berperang didasari riya’ dan menghalangi (orang) lain menempuh jalan Allah (sabilillah).
Allah berfirman dalam Q.S. Al Anfaal : 47 :
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَارِهِم
بَطَراً وَرِئَاء النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَاللّهُ بِمَا
يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Artinya :
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya
dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi
(orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.
·
Ciri orang yang berbuat riya’
Beberapa
ciri orang yang mempunyai sifat riya’ dalam perbuatan :
a. Tidak akan berbuat baik jika
tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya
b. Melakukan amal saleh tanpa
dasar, hanya ikut-ikutan.
c. Tampak rajin penuh semangat
jika amal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji orang.
d. Ucapannya selalu menunjukkan
bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan paling mampu.
· Tanda-tanda
riya’
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ”Orang yang riya itu
memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal
ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai,
menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika
dirinya dicela.”
·
Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya
a.
Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT
b.
Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
c. Membiasakan
menjaga lisan saat bekerja
d.
Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus disuruh dan meminta imbalan
e.
Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWTAllah SWT berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن
شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
(Q.Ibrahim : 7)
b) Aniaya (Dzalim)
Menurut ajaran islam, aniaya atau yang biasa disebut dzalim adalah berasal
dari (dzolama-yadzlimu-dzulman) yang artinya aniaya. Pelakunya disebut dzalim
dan perbuatannya disebut dzulmun. Ahli mauidzah mendefinisikan dzalim yaitu
meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dzalim adalah perbuatan dosa yang
harus ditinggalkan
Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti perbuatan
bengis, penyiksaan atau zalim, zalim artinya: tidak menempatkan sesuatu dengan semestinya atau sesuai dengan ketentuan Allah
Swt. Atau bisa diartikan tindakan yang tidak manusiawi, yang dengan hak azasi
manusia dan Allah swt.
Berkaitan dengan istilah dzalin, Ar-Razi memberikan sepuluh penafsiran sebagai berikut :
Berkaitan dengan istilah dzalin, Ar-Razi memberikan sepuluh penafsiran sebagai berikut :
a. Dzalim
adalah orang yang paling banyak kesalahannya,
b. Dzalim
adalah sesuatu yang kulitnya lebih bagus daripada isinya,
c. Dzalim adalah orang bertauhid dengan lidah, tetapi berbeda
dengan sepak terjang hidupnya
d. Dzalim
adalah orang yang berbuat dosa besar
·
Macam-macam sifat aniaya:
1. Aniaya kepada Allah swt, dg tidak
mau melaksanakan perintah Allah yang
wajib, dan meninggalkan larangan Allah yang haram.
2. Aniaya
terhadap sesama manusia seperti ghibah, (mengumpat), namimah (mengadu domba,
fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan, dan melakukan pembunuhan.
3. Aniaya
terhadap binatang seperti menelantarkan piaraan, menjadikan sasaran menembak.
4. Aniaya terhadap diri sendiri: minum2an keras, malas, menyiksa diri sendiri, bunuh diri.
4. Aniaya terhadap diri sendiri: minum2an keras, malas, menyiksa diri sendiri, bunuh diri.
· Keburukan-keburukan aniaya bagi pelakunya:
1. Dibenci masyarakat.
2. Tidak tenang, dibayangi rasa takut.
3. Mencemarkan nama baik diri dan keluarganya.
4. Dijatuhi hukuman apabila perbuatannya diketahui.
5. Jika tidak bertaubat dg sungguh maka akan dicampakkan kedalam neraka.
1. Dibenci masyarakat.
2. Tidak tenang, dibayangi rasa takut.
3. Mencemarkan nama baik diri dan keluarganya.
4. Dijatuhi hukuman apabila perbuatannya diketahui.
5. Jika tidak bertaubat dg sungguh maka akan dicampakkan kedalam neraka.
· Keburukan-keburukan bagi orang lain:
1. Orang yang dianiaya akan mendapat bencana, seperti kehilangan harta benda, sakit, jijwa.
2. Bila penganiayaan terjadi dimana-dimana maka masyarakat tidak mengalami ketentraman, dan kedamaian.
3. Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut.
1. Orang yang dianiaya akan mendapat bencana, seperti kehilangan harta benda, sakit, jijwa.
2. Bila penganiayaan terjadi dimana-dimana maka masyarakat tidak mengalami ketentraman, dan kedamaian.
3. Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut.
c) Diskriminasi
Secara
bahasa diskriminasi berasal dari bahasa Inggris“Discriminate” yang berarti membedakan.Dan dalam bahasa arab istilah
diskriminasi dikenal dengan
Al-Muhabbahyang artinya membedakan kasih
antara satu dengan yang lain atau pilih kasih.Kosakata discriminate ini
kemudian diadopsi menjadi kosa kata bahasa Indonesia “Diskriminasi”
yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan suku, ras,bahasa,budaya,ataupun
agama.
· Jenis Perbuatan Diskriminasi
Adapun bentuk penyimpanan perilaku-perilaku
penyimpangan individual menurut kadar penyimpangan nya adalah sbb :
a.
Penyimpangan
tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang tidak
sesuai dengan nilai islam.
b.
Penyimpangan
karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkang
c.
Penyimpangan
karena melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggar.
d.
Penyimpangan
karena tidak menepati janji,berkata bohong,berkhianat kepercayaan.Khianat dan
berlagak membela,disebut munafik.
·
Cara Menghindari DIskriminasi
Adapun
hal-hal untuk menghindari diskriminasi, yaitu :
a.
Ta’aruf adalah,
saling kenal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas
belaka,tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar
pendidikan,budaya,keagamaan,pemikiran,ide-ide,cita-cita serta problem kehidupan
yang dihadapi
b.
Tafahum adalah,
saling memahami kelebihan dan kekurangan,kekuatan dan kelemahan
masing-masing,sehingga segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari
c.
Ta’awun adalah,
saling tolong menolong
d.
Takaful adalah, saling
memberikan jaminan.
B.MEMBANGUN AKHLAK YANG MULIA DALAM KEHIDUPAN
1.
Akhlak Terhadap Allah Swt
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak
sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa
manusia perlu beakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang
mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan
keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk . Sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat
At-Thariq ayat 5-7,
Artinya : 5)
"Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6).
Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan
tulang dada. (At-Tariq:5-7)
Menurut
Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul "Membina Moral dan Akhlak"
bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
a. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c. Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e. Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f. Senantiasa mengingat Allah SWT.
g. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
a. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c. Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e. Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f. Senantiasa mengingat Allah SWT.
g. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
2. Akhlak Terhadap Rasulullah
Disamping akhlak kepada Allah Swt,
sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau
sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya
membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada
Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian,
akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam
bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah
melakukannya.
3.
Akhlak Terhadap Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah.
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar