Rabu, 29 Juli 2015

ETIKA, MORAL & AKHLAK _ SEMESTER 1 - PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



 
ASSIGNMENT

ETIKA, MORAL & AKHLAK

Di susun oleh :
Kelompok V
-Sri Hatuti-
-Nur Hafani-
-Hazizah Puspa Sari-

Kelas                         : 1A-Bahasa Inggris
Mata Kuliah             : Pendidikan Agama.Islam
Dosen                       : Drs.Thahir, M.A



Universitas Asahan
2014 / 2015






ETIKA, MORAL DAN AKHLAK
Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral, akhlak dan etika adalah pada fungsinya. Semua berfungsi pada pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buru. Dengan itu manusia diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatn yang baik, agar tercipta masyarakat yang warganya berperilaku baik dan sopan.
Jika dilihat dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangan akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sementara rasio hanya mendukung terhadap apa yang dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadist. Sementara moral umumnya berdasarkan pada ketentuan atau kebiyasaan umum yang berlaku dimasyarakat.
Selain itu etika bersifat teoritis sementara moral dan akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan buruk, akhlak berbicara soal baik dan buruk, benar dan salah, layak dan tidak layak, sementara itu etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau buruk. Etika menyelidiki, memperhatikan dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu, moral itu hasil dari penelitian etika.
Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Akhlak dalam islam bersifat tetap dan tidak bisa diubah-ubah oleh pemikiran manusia. Apa yang dikatakan baik oleh Al-Quran dan apa yang dikatakan buruk oleh Hadist maka smapai kapanpun akan seperti itu.
Meskipun akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sedangkan moral dan etika bersumber pada akal atau budaya sertempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat.

A.              Agama Sebagai Sumber Moral
Berbicara tentang moral asosiasinya akan tertuju pada penentuan baik dan buruk sesuatu. Dengan rasio atau tradisi dapat juga dengan lainnya seseorang dapat menentukan baik atau buruk.
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa rasiolah yang menjadi sumber moral bukanlah yang lain. Yang menentukan baik dan buruknya sesuatu adalah akal dan pikiran manusia semata.
Aliran hedonisme berpendapat bahwa sumber kebaikan dan keburukan adalah kebahagiaan. Sesuatu dikatakan baik jika mendatangkan kebahagiaan dan sebaliknya sesuatu dikatakan buruk jika mendartangkan keburukan. Kebahagiian yang dimaksud adalaj kebahagiaan individu aliran ini disebut egoistik hednisme, aliran ini antara lain digagas oleh Epicurus (341-270).
Adalagi aliran hedoisme universal yang berpandangan bahwa kebaikan dan keburukan diukur oleh kebahagiaan. Aliran ini digagas oleh John Stuart Mill (1806-1873). Ia mengatakan ebaikan tertinggi (summmun bonum), adalah utility is happiness for the greates number of sentimenbeing (kebahagiaan untuk jumlah kebanyakan manusia yang sebesar-besarnya).
Aliran tradisionalisme berpendapat bahwa sumber kebaikan atau keburukan adalah tradisi atau adat istiadat. Karena peradaban Barat mengalami trauma historis berkenaan dengan agama, maka peradaban Barat berusaha menyingkirkan agama dalam kehidupan mereka. Agama tidakhanya sekedar ritual peribadatan semata-mata, diluar itu agama tidak berperan apa-apa. Sumber utama moral adalah akal dengan variasi yang berbeda satu sama lain, karena akal manusia terbatas dan relatif manusia moderen kehilangan pegangan mutalk. Dalam kondisi demikian, ia mengalami risis moral yang dalam bentuknya ekstrim berakhir dengan bunuh diri. Dalam hubungannya dengan ini Muhammad Qhutb menulis, janganlah mudah kita ditipu oleh gagasan yang canggih dan tidak tahu persoalan sebenarnya, sebab sepanjang moral telah diputuskan ikatannya dengan akidah terhadap Allah, maka tidak akan kokoh (kuat) berpijak dimuka bumi ini serta memiliki tempat bergantung terhadap akibat-akibat yang mengiringinya.

| Konsep Al-quran dan Sunnah Tentang Akhlak
Akhlak merupakan cermin daripada umat Islam yang tentu saja mempunyai dasar. Dan dasar inilah yang harus dihayati dan diamalkan agar tercipta akhlak yang mulia.
Menurut M. Ali Hasan dalam bukunya Tuntunan Akhlak mengemukakan bahwa yang menjadi dasar sifat seseorang itu baik atau buruk adalah al-Qur’an dan Sunnah.
 Maksudnya apa yang baik menurut al-Qur’an dan Sunnah, itulah yang baik untuk di kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut al-Qur’an dan Sunnah, berarti itu tidak baik dan harus dijauhi.
Dari pendapat yang diatas, bahwa yang menjadi dasar pokok akhlak dalam Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai dasar akhlak al-Qur’an menjelaskan kriteria baik buruknya suatu perbuatan dan mengatur pola hidup manusia secara keseluruhan. Dengan al-Qur’an sebagai sumber akhlak bagi kaum muslimin yang taat tidak akan keluar dari rel-rel yang telah ditentukan olehnya.
Adapun Sunnah menjadi dasar akhlak yang kedua setelah al-Qur’an dalam pembentukan akhlak manusia. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 menyatakan:
           
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)

| Akhlak yang Baik Dan Tercela

1.      Pengertian Akhlak Terpuji & Akhlak Tercela
Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah, artinya segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan  akhlak buruk  yang disebut juga akhlak mazmumah, yaitu segala macam perilaku atau perbuatan buruk/tercela yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
            Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-qur’an da al-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnyaal-hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebit dengan akhlak tercela. Akhlak terceka merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan adapat menjatuhkan amartabatnya sebagai manusia.
Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi akhlat tercela, sebagaimana yang nyatakan dalam beberapa keterangan.
-.      Rasulullah saw.bersabda:
“ seandainya akhlak buruk itu seseorang yang berjalan ditengah-tengah manusia, ia pasti seseorang yang buruk. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perangiku jahat.”
-           Rasulullah saw bersabda:
“ sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu”.

2.  Macam- Macam Akhlak Terpuji

a)      Husnuzan

·       Pengertian  
Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka”  lawan katanya adalah su’uzan yang  berarti berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya.

·        Macam-macam husnuzan

1.      Husnuzan Kepada Allah
Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat husnuzan kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas segala kehendak allah terhadap hamba-Nya.
                                                  
2.      Husnuzan terhadap Diri Sendiri
Perilaku husnuzan terhadap diri sendiri artinya adalah berperasangka baik terhadap kemampuan yang dimilki oleh diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa percaya diri dan tidak merasa rendah diri di hadapan orang lain.



3.      Husnuzan terhadap Sesama Manusia
Husnuzan terhadap sesama manusia artinya adalah berprasangka baik terhadap sesama dan tidak meragukan kemampuan atau tidak bersikap apriori. Semua orang dipandang baik sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam pergaulan.

·        Hikmah Husnuzan
Di antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut:
1.      Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan perintah Allah dan  Rasul serta menjauhi segala larangannya, melaksanakan jihad fisabillilah dan mencintai sesame manusia karena Allah.
2.      Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.Menumbuhkan sikap sabar dan tawakal.
3.      Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat Allah.

b) Tobat
Kata taubat adalah terambil dari bahasa arab “taubatun”, kata tersebut berasal dari kata “taaba-yatubu-taubatun” yang artinya kembali. Orang yang taubat karena takut azab Allah disebut “taaibun” (isim fail dari taba). Menurut firman allah SWT , yang berbunyi :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, …."(Q.S. At-Tahrim/66:8)
Jadi, Taubat yaitu menyesali perbuatan dasa yang telah dilakukan, dan akan mengulangi kembali. Dalam kehidupan ini manusia pasti berbuat dosa. Tak satupun manusia yang tidak berbuat dosa, walau dosa kecil. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:“Setiap anak Adam(manusia) berdosa. Sebaik-baik orang yang bedosa ialah yang mau bertaubat. (H.R. Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad yang kuat)”.

·         Hukum bertaubat
Bertaubat termasuk perkara yang diwajibkan dalam agama. Dengan bertaubat manusia akan berhenti dari berbuat dosa.Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Ia senantiasa memberi kesempatan kepada hambaNya yangmau memohon ampun atas segala dosa yang telah dia perbuat.Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. An-Nuur Ayat 31 yang artinya:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“ bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung”
3 . Macam-Macam Akhlak Tercela
a) Riya
            Riya berasal dari bahasa arab ri’aun atau riya’ yang artinya   memperlihatkan. Kata ini diulang berpuluh-puluh kali dalam al-qur’an. Firman allah :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Baqarah/2: 264)
Adapun menurut istilah riya adalah melakukan sesuatu karena ingin dilihat atau ingin dipuji orang lain.
            Riya’ merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya haram. Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang             seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً

            Artinya : “Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu)             dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali          sedikit sekali.”

                       
·        Macam-macam riya’
Dilihat dari bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu :
a.  Ria dalam niat
            Ria yang berkaitan dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal perbuatan bahkan yang dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya sudah didasari ria. Yang mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja. Apabila seseorang ingin melakukan amal perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat. Rasulullah Saw. bersabda :

ﺳَﻤِﻌْﺖُﻋُﻤَﺮَﭐﺑْﻦَﭐﻟْﺨَﻄﱠﺎﺏﻗَﺎﻝَﻋَﻠَﻰﭐﻟْﻤِﻨْﺒَﺮﺳَﻤِﻌْﺖُﺭَﺳُﻮْﻝَﺹﻉﻳَﻘُﻮْﻝُِِﺇِﻧﱠﻤَﺎﺍْﻻَﻋْﻤَﺎﻝُﺑِﺎ            ﻟﻨﱢﻴﱠﺎﺕِﻭَﺇِﻧﱠﻤَﺎﻟِﻜُﻞﱢﺍﻣْﺮِﺉٍﻣَﺎﻧَﻮَﻯ
(متفق عليه)
Artinya : “aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas  mimbar, ‘aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)

b.      Ria dalam perbuatan
Yaitu memamerkan atau menunjukkan perbuatan di depan orang banyak, agar perbuatan tersebut dipuji, diperhatikan, dan disanjung orang lain. Di antara contoh riya dalam perbuatan, bila seorang pelajar terlihat belajar dengan sungguh-sungguh hanya karena ingin mendapat nilai yang bagus. Dan dia melakukan hal itu kepada orang tuanya hanya karena ingin mendapatkan apa yang dia minta dari orang tuanya cepat-cepat terkabul.
Beberapa penjelasan Allah SWT dalam Al Qur’an sehubungan dengan riya’ dalam perbuatan antara lain :
a). Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan Allah SWT, tetapi mengaharapkan pujian, popularitas di masyarakat. an dalam Q.S. Al Ma’un : 4-6 :

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ. الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ

Artinya : “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat   riya”.
b). Bersedekah didasari riya laksana riya’ batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih.
c). Allah melarang pergi berperang didasari riya’ dan menghalangi   (orang) lain menempuh jalan Allah (sabilillah). Allah berfirman dalam Q.S. Al Anfaal : 47 :

وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَارِهِم بَطَراً وَرِئَاء النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَاللّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Artinya : Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.

·        Ciri orang yang berbuat riya’
Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya’ dalam perbuatan :
     a. Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya
     b. Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan.
     c. Tampak rajin penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji orang.
     d. Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan paling mampu.

·    Tanda-tanda riya’
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi    Thalib. Kata beliau, ”Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas             beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.”            

·         Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya
a. Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT
b. Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
c. Membiasakan menjaga lisan saat bekerja
d. Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus disuruh dan meminta imbalan
e. Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWTAllah SWT berfirman :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.Ibrahim : 7)


b)    Aniaya (Dzalim)
                        Menurut ajaran islam, aniaya atau yang biasa disebut dzalim adalah berasal dari (dzolama-yadzlimu-dzulman) yang artinya aniaya. Pelakunya disebut dzalim dan perbuatannya disebut dzulmun. Ahli mauidzah mendefinisikan dzalim yaitu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dzalim adalah perbuatan dosa yang harus ditinggalkan
                        Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti perbuatan bengis, penyiksaan atau zalim, zalim artinya: tidak     menempatkan sesuatu dengan semestinya atau sesuai dengan ketentuan Allah Swt. Atau bisa diartikan tindakan yang tidak manusiawi, yang dengan hak azasi manusia dan Allah swt.
Berkaitan dengan istilah dzalin, Ar-Razi memberikan sepuluh penafsiran sebagai berikut :
a.       Dzalim adalah orang yang paling banyak kesalahannya,
b.      Dzalim adalah sesuatu yang kulitnya lebih bagus daripada isinya,
c.       Dzalim  adalah orang bertauhid dengan lidah, tetapi berbeda dengan sepak terjang hidupnya
d.      Dzalim adalah orang yang berbuat dosa besar

·        Macam-macam sifat aniaya:
1. Aniaya  kepada Allah swt, dg tidak mau melaksanakan perintah Allah    yang wajib, dan meninggalkan larangan Allah yang haram.
2. Aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah, (mengumpat), namimah (mengadu domba, fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan, dan melakukan pembunuhan.
3. Aniaya terhadap binatang seperti menelantarkan piaraan, menjadikan sasaran menembak.
4. Aniaya terhadap diri sendiri: minum2an keras, malas, menyiksa diri sendiri, bunuh diri.

·         Keburukan-keburukan aniaya bagi pelakunya:
1. Dibenci masyarakat.
2. Tidak tenang, dibayangi rasa takut.
3. Mencemarkan nama baik diri dan keluarganya.
4. Dijatuhi hukuman apabila perbuatannya diketahui.
5. Jika tidak bertaubat dg sungguh maka akan dicampakkan kedalam neraka.


·         Keburukan-keburukan bagi orang lain:
1. Orang yang dianiaya akan mendapat bencana, seperti kehilangan harta benda, sakit, jijwa.
2. Bila penganiayaan terjadi dimana-dimana maka masyarakat tidak mengalami ketentraman, dan kedamaian.
3. Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut.

c)    Diskriminasi

            Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa Inggris“Discriminate” yang berarti membedakan.Dan dalam bahasa arab istilah       diskriminasi dikenal dengan Al-Muhabbahyang artinya membedakan          kasih antara satu dengan yang lain atau pilih kasih.Kosakata discriminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa kata bahasa Indonesia  Diskriminasi” yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan suku, ras,bahasa,budaya,ataupun agama.
           
·        Jenis Perbuatan Diskriminasi
            Adapun bentuk penyimpanan perilaku-perilaku penyimpangan individual menurut kadar penyimpangan nya adalah sbb :
a.       Penyimpangan tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang tidak sesuai  dengan nilai islam.
b.      Penyimpangan karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkang
c.       Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggar.
d.      Penyimpangan karena tidak menepati janji,berkata bohong,berkhianat kepercayaan.Khianat dan berlagak membela,disebut munafik.

·        Cara Menghindari DIskriminasi
Adapun hal-hal untuk menghindari diskriminasi, yaitu :
a.      Ta’aruf adalah, saling kenal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas belaka,tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar pendidikan,budaya,keagamaan,pemikiran,ide-ide,cita-cita serta problem kehidupan yang dihadapi
b.      Tafahum adalah, saling memahami kelebihan dan kekurangan,kekuatan dan kelemahan masing-masing,sehingga segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari
c.       Ta’awun adalah, saling tolong menolong
d.      Takaful adalah, saling memberikan jaminan.

B.MEMBANGUN AKHLAK YANG MULIA DALAM KEHIDUPAN

1.       Akhlak Terhadap Allah Swt

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk . Sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat At-Thariq ayat 5-7,
                                 
Artinya : 5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (At-Tariq:5-7)
                Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul "Membina Moral dan Akhlak" bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
                a.  Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
                b.  Berbaik sangka kepada Allah SWT.
                c.  Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
                d.  Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
                e.  Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
                f.  Senantiasa mengingat Allah SWT.
                g.  Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
                h.  Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
2.       Akhlak Terhadap Rasulullah
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.

3.       Akhlak Terhadap Manusia
                Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib ses
eorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar